Selasa, 23 Oktober 2012

Sejarah Pendidikan Islam fase Makkah


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebelum Nabi Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul yaitu melaksanakan pendidikan islam terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna. Melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya. Beliau mampu menye-lami kehidupan masyarakatnya dan dengan potensi fitrahnya yang luar biasa beliau mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tidak hanyut terbawa arus budaya masyarakat. Bahkan beliau mampu menemukan mutiara-mutiara Ibrahim yang sudah tenggelam dalam budaya msyarakat tersbut.Diantara tradisi yang terdapat dikalangan masyarakatnya, yang rupanya warisan Ibrahim adalah tradisi bertahannus yaitu suatu cara menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dengan bertapa dan berdoa mengharap diberi rejeki dan pengetahuan.
Ketika itulah beliau yakin benar bahwa masyarakatnya telah sesat dari jalan yang benar. Hidup kerohanian mereka telah rusak karena tunduk pada berhala- berhala dan kepercayaan-kepercayaan yang semacamnya dan semua yang disebutkan oleh kaum Yahudi dan kaum Nasrani tidak dapat menolong mereka dari kesesatan itu. Kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad itu adalah Allah pencipta seluruh alam.Kebenaran itulan intisari ajaran Ibrahim, dan pokok-pokok kebenaran yang dihayati oleh Muhammaad yang kemudian terumuskan dalam kalam Ilahi sebagaimana dalam surat Al Fatihah. Maka mulailah Nabi Muhammad saw menerima petunjuk- petunjuk dan instruksi dari Allah. Kemudian bahan/ materi pendidikan tersebut diturunkan secara beangsur-angsur sedikit demi sedikit.  Setiap kali menerima wahyu, segera ia sampaikan kepada ummatnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah pendidikan Islam?
2.      Bagaimana tahapan pendidikan pada fase Makkah?
3.      Apa materi pendidikan Islam di Makkah?
4.      Bagaimana metode pendidikan Islam?
5.      Bagaimana kurikulum pendidikan Islam di Makkah?
6.      Dimana saja lembaga pendidikan Islam di Makkah?
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH DI MAKKAH
A.    Sejarah Pendidikan Islam.
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Kemudian yang di maksud dengan ilmu tarikh, ialah suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau yang sedang terjadi di kalangan ummat. [1]
Menurut Sayyid Kutub sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian dalam waktu dan tempat.[2]
Dari pengertian sejarah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan Islam sebagai berikut:
1.      Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu sejak zaman lahirnya Islam sampai masa sekarang.
2.      Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik dari segi ide dan konsepsi maupun  operasionalisai sejak zaman Muhammad sampai sekarang.[3]
Sejarah pendidikan islam mempunyai kegunaan sebagai faktor keteladanan. Hal ini sejalan dengan makna yang tersurat dan tersirat dalam firman Allah:
 ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym
 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu “. (Surah Al-Ahzab : 22)[4]

  
B.     Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah.
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini dibagi menjadi tiga tahapan:
1.      Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan.
Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96 ayat 5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibnu Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibnu Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
 Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy. Mereka semua pada tahap awal ini disebut Assabiquna al-awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibnu Arqam.
2.      Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-terangan.
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahu, sampai turun waktu ber-ikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibnu Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
3.      Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat Al-Hijr ayat 94-95.
Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah dari Yastrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar keluar Makkah.
Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa factor:
a.       Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul.
b.      Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.
c.       Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamainkan mereka.[5]
C.    Materi Pendidiksn Islam
Materi pendidikan pada fase Makkah dpat dibagi menjadi dua bagian:
1.      Materi pendidikan Tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran agama Tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat Jahiliyah. Secara teori, intisari ajaran Tauhid terdapat dalam kandungna surat al-Fatihah ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas ayat 1-5. Secara praktis pendidikan Tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana. Kemudian beliau mengajarkan cara  bagaimana mengaplikasikan pengertian Tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari.Rasulullah langsung menjadi contoh umatnya. Hasilnya, kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas nama berhala, diganti dengan ucapan bismillahirrohmanirrahim. Kebiasaan menyebah berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT.
2.      Materi pengajaran al-Qur’an, materi ini dapat dirinci kepada:
a.        Materi baca tulis Al-Qur’an, sekarang ini disebut dengan materi imla’ dan iqra’.
b.       Materi menghafal ayat Al-Qur’an.
c.        Materi pemahaman Al-Qur’an, yang saat ini disebut materi fahmi al-Qur’an atau tafsir al-Qur’an; tujuan materi ini adalah meluruskan pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir Jahiliyah. Disinilah letaknya fungsi hadist sebagai bacaan al-Qur’an.[6]
D.    Metode Pendidikan Islam.
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain:
1.      Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keraguan-keraguan.
2.      Dialog, misalnya dialog antar Rasulullah dengan sahabatnya dalam mengatur strategi perang.
3.      Diskusi atau Tanya jawab
4.      Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota yang lainnya turut merasakannya.
5.      Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj.
6.      Metode pembiasaan, misalnya membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
7.      Metode hafalan
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar mengatakan bahwa, metode pendidikan Islam, yang dilakukan Nabi pada periode Makkah dan Madinah adalah (a) melalui teguran langsung, (b) melalui sindiran Rasulullah, (c) pemutusan dari jamaah, (d) melalui perbandingan kisah-kisah orang terdahulu.[7]
E.     Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan islam pada masa Rasulullah baik di Makkah maupun di Madinah adalah Al-Qur’an yang diwahyukan Allah sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam pada saat itu. Karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan pragmatis. Hasil cara yang demikian dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.[8]
F.     Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua tempat, yaitu:
1.      Rumah Arqam ibn Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar agama Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama, adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.
2.      Kuttab. Pendidikan di Kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakan dirumah Arqam, pendidikan dirumah Arqam kandungan materinya tentang hukum Islam dan dasar-dasarnya, sedangkan pendidikan di Kuttab pada awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair arab dan pembelajaran berhitung. Namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan baca tulis Al-Qur’an dan memahami hukum-hukum Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab pada era awal Islam adalah orang-orang non-islam.[9]




















[1] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 1.
[2] Ibid., 2.
[3] Ibid.,
[4] Ibid., 5.
[5] Samsul Nizaer,  Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008),  32-33.
[6] Ibid.,  34-35.
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,  36.
[9] Ibid., 36-37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar