PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum
Nabi Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul yaitu melaksanakan pendidikan
islam terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk
melaksanakan tugas tersebut secara sempurna. Melalui pengalaman, pengenalan
serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.
Beliau mampu menye-lami kehidupan masyarakatnya dan dengan potensi fitrahnya
yang luar biasa beliau mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tidak
hanyut terbawa arus budaya masyarakat. Bahkan beliau mampu menemukan
mutiara-mutiara Ibrahim yang sudah tenggelam dalam budaya msyarakat
tersbut.Diantara tradisi yang terdapat dikalangan masyarakatnya, yang rupanya
warisan Ibrahim adalah tradisi bertahannus yaitu suatu cara menjauhkan
diri dari keramaian orang, berkhalwat, dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Dengan bertapa dan berdoa mengharap diberi rejeki dan pengetahuan.
Ketika itulah
beliau yakin benar bahwa masyarakatnya telah sesat dari jalan yang benar. Hidup
kerohanian mereka telah rusak karena tunduk pada berhala- berhala dan
kepercayaan-kepercayaan yang semacamnya dan semua yang disebutkan oleh kaum
Yahudi dan kaum Nasrani tidak dapat menolong mereka dari kesesatan itu.
Kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad itu adalah Allah pencipta seluruh
alam.Kebenaran itulan intisari ajaran Ibrahim, dan pokok-pokok kebenaran yang
dihayati oleh Muhammaad yang kemudian terumuskan dalam kalam Ilahi sebagaimana
dalam surat Al Fatihah. Maka mulailah Nabi Muhammad saw menerima petunjuk-
petunjuk dan instruksi dari Allah. Kemudian bahan/ materi pendidikan tersebut
diturunkan secara beangsur-angsur sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera ia
sampaikan kepada ummatnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah pendidikan Islam?
2.
Bagaimana
tahapan pendidikan pada fase Makkah?
3.
Apa
materi pendidikan Islam di Makkah?
4.
Bagaimana
metode pendidikan Islam?
5.
Bagaimana
kurikulum pendidikan Islam di Makkah?
6.
Dimana
saja lembaga pendidikan Islam di Makkah?
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH DI MAKKAH
A.
Sejarah Pendidikan Islam.
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh, yang menurut
bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti keterangan yang
telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang
masih ada. Kemudian yang di maksud dengan ilmu tarikh, ialah suatu
pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau
kejadian-kejadian yang telah lampau yang sedang terjadi di kalangan ummat. [1]
Menurut Sayyid Kutub sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa melainkan
tafsiran peristiwa-peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata
dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian dalam waktu dan tempat.[2]
Dari pengertian sejarah yang dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan Islam sebagai berikut:
1.
Keterangan
mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu
sejak zaman lahirnya Islam sampai masa sekarang.
2.
Cabang
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam baik dari segi ide dan konsepsi maupun operasionalisai sejak zaman Muhammad sampai
sekarang.[3]
Sejarah pendidikan islam mempunyai kegunaan sebagai faktor
keteladanan. Hal ini sejalan dengan makna yang tersurat dan tersirat dalam
firman Allah:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu “. (Surah
Al-Ahzab : 22)[4]
B.
Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah.
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan
tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini
dibagi menjadi tiga tahapan:
1.
Tahap
Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan.
Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation)
al-Qur’an surat 96 ayat 5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara
sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai
dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya,
Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali Ibnu Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibnu Haritsah
(seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak
angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya
Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara
meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy.
Mereka semua pada tahap awal ini disebut Assabiquna al-awwalun, artinya
orang-orang yang mula-mula masuk islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat
kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam
ibnu Arqam.
2.
Tahap
Pendidikan Islam Secara Terang-terangan.
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahu, sampai turun
waktu ber-ikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan
terang-terangan. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh
Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk
meningkatkan jangkauan seruan dakwah. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam
ibnu Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh
kuffar Quraisy.
3.
Tahap
Pendidikan Islam untuk Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada
keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan.
Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.
Seruan tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat Al-Hijr ayat 94-95.
Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji
Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak
yang menerima, kecuali sekelompok jamaah dari Yastrib, kabilah Khazraj yang
menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar keluar
Makkah.
Penerimaan
masyarakat Yastrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut dikarenakan
beberapa factor:
a.
Adanya
kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul.
b.
Suku
Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok
Yahudi.
c.
Konflik
antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu
yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang
mampu melindungi dan mendamainkan mereka.[5]
C.
Materi Pendidiksn Islam
Materi pendidikan pada fase Makkah dpat dibagi menjadi dua bagian:
1.
Materi
pendidikan Tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran agama Tauhid
yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat Jahiliyah.
Secara teori, intisari ajaran Tauhid terdapat dalam kandungna surat al-Fatihah
ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas ayat 1-5. Secara praktis pendidikan Tauhid diberikan
melalui cara-cara yang bijaksana. Kemudian beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian Tauhid tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.Rasulullah langsung menjadi contoh umatnya.
Hasilnya, kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas nama berhala,
diganti dengan ucapan bismillahirrohmanirrahim. Kebiasaan menyebah
berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT.
2.
Materi
pengajaran al-Qur’an, materi ini dapat dirinci kepada:
a.
Materi baca tulis Al-Qur’an, sekarang ini
disebut dengan materi imla’ dan iqra’.
b.
Materi menghafal ayat Al-Qur’an.
c.
Materi pemahaman Al-Qur’an, yang saat ini
disebut materi fahmi al-Qur’an atau tafsir al-Qur’an; tujuan
materi ini adalah meluruskan pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir Jahiliyah.
Disinilah letaknya fungsi hadist sebagai bacaan al-Qur’an.[6]
D.
Metode Pendidikan Islam.
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik
sahabatnya antara lain:
1.
Metode
ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan
penjelasan-penjelasan serta keraguan-keraguan.
2.
Dialog,
misalnya dialog antar Rasulullah dengan sahabatnya dalam mengatur strategi
perang.
3.
Diskusi
atau Tanya jawab
4.
Metode
perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah
satu anggota tubuh maka anggota yang lainnya turut merasakannya.
5.
Metode
kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj.
6.
Metode
pembiasaan, misalnya membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
7.
Metode
hafalan
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najb
Khalid al-Amar mengatakan bahwa, metode pendidikan Islam, yang dilakukan Nabi
pada periode Makkah dan Madinah adalah (a) melalui teguran langsung, (b)
melalui sindiran Rasulullah, (c) pemutusan dari jamaah, (d) melalui
perbandingan kisah-kisah orang terdahulu.[7]
E.
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan islam pada masa Rasulullah baik di Makkah
maupun di Madinah adalah Al-Qur’an yang diwahyukan Allah sesuai dengan kondisi
dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam pada saat itu.
Karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah
dan pragmatis. Hasil cara yang demikian dapat dilihat dari sikap rohani dan
mental para pengikutnya.[8]
F.
Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua tempat, yaitu:
1.
Rumah
Arqam ibn Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta
Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar agama Islam. Rumah ini
merupakan lembaga pendidikan pertama, adapun yang mengajar dalam lembaga
tersebut adalah Rasulullah sendiri.
2.
Kuttab. Pendidikan di Kuttab tidak sama dengan pendidikan yang
diadakan dirumah Arqam, pendidikan dirumah Arqam kandungan materinya tentang
hukum Islam dan dasar-dasarnya, sedangkan pendidikan di Kuttab pada
awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair arab dan
pembelajaran berhitung. Namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan
baca tulis Al-Qur’an dan memahami hukum-hukum Islam. Adapun guru yang mengajar
di Kuttab pada era awal Islam adalah orang-orang non-islam.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar